Menjadi rutinitas mingguan di Pondok Modern Al-Amanah disetiap hari kamis seluruh dewan guru berkumpul di Pendopo untuk mengikuti rapat evaluasi mingguan yang sering disebut dengan kamisan. Pada suatu kamisan bagian KMI Al-Amanah membagikan buku I’dad tadris yang menjadi tempat guru untuk menuliskan materi pembelajaran setiap sebelum mengajar. Didalam buku tersebut tertulis pesan falsafah Pendidikan yang berbunyi ,HANYA ORANG PENTING YANG MENGERTI ARTI KEPENTINGAN…DAN HANYA PEJUANG YANG MENGERTI ARTI PERJUANGAN.
Ust. Faisal Islamy menjelaskan falsafah ini dihadapan dewan guru bahwa apapun amanah yang diberikan oleh pondok semuanya adalah penting, sehingga semua guru di pondok ini harus merasa bahwa adalah orang penting sehingga semua kepentingan dalam pondok harus dikerjakan dengan penuh ikhlas dan penuh tanggung jawab. I’maluu fauqa ma a’miluu. Kerjakan semua tugas dengan niat yang ikhlas karena semua akan dilihat oleh Allah, Rasul dan orang orang yang mu’min. Sebagai Pendidik di Al-Amanah harus mampu membedakan mana yang penting dan mana yang lebih penting untuk dikerjakan.
Mendengar penjelasan dari Ust. Faisal saya teringat dengan kejadian yang saya, Ust. Adrian dan Ust. Rahim alami dalam berjuang dan mengabdi di Al-Amanah. Tepatnya di tahun 2004, saat itu kami bertiga diamanahkan oleh pendiri pondok untuk menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Baubau pada Program Studi Pendidikan Matematika. Pada setiap akhir semester kami harus puas dengan IPK dibawah standar, bukan berarti kami tidak mampu bersaing di program studi itu, namun presentase ketidak hadiran kami di kampus lebih bernilai daripada hadirnya.
Setelah kami menyelesaikan kuliah dengan masa waktu belajar yang berbeda beda, barulah kami sadari kenapa saat itu kami “tidak diizinkan” ke kampus oleh pendiri pondok ini saat ada “pekerjaan yang lebih penting untuk kepentingan orang banyak” yang harus kami selesaikan, atau diizinkan ke kampus tetapi tidak boleh semuanya meninggalkan pondok, namun harus ada salah satu atau 2 orang yang tetap di pondok dan lainnya menjadi perwakilan mengikuti kuliah.
Dalam beberapa hari kedepan di pondok Al-Amanah ada pelaksanaan hari raya Idul Adha serta Apel Tahunan Pembukaan Khutbatul Arsy.Pengasuhan telah membentuk panitia serta membagi tugas untuk kegiatan tersebut. Dalam pembagian tugas tersebut ada bagian yang nampaknya tidak penting namun ditulis dalam struktur kepanitiaan. Pada kegiatan Idul Adha, contohnya bagian pengumpul dan pengasah pisau namanya. Ini masuk kepanitiaan dan disebutkan dalam struktur. Dalam acara upacara Khutbatul Arsy , ada bagian yang jarang disebutkan, tidak terlihat dalam acara. Bagian perlengkapan namanya. Tugasnya mengatur persiapan lapangan, panggung mengatur barang-barang yg akan disiapkan dalam acara.. Di bagian OSMAH (Organisasi Santri Al-Amanah) ada bagian yg dianggap bagian “pelengkap”. Bagian bersih lingkungan namanya.
Tapi coba kita bayangkan jika mereka yang kita anggap “tidak ada” itu betul-betul tidak ada. Bisa jadi penyembelihan hewan qurban tertunda atau bisa jadi tidak syah gara-gara pisau yg di gunakan tidak tajam. Lalu acara Apel Tahunan tidak berjalan dengan baik gara-gara panggung yang belum siap,atau karena adanya rumput di lapangan yang belum dirapikan. Atau kita renungkan bagaimana jika tidak ada Bagian Darlin (Sadar Lingkungan) di Organisai santri Al-Amanah yang menjaga serta mengawasi pengangkutan sampah dalam pondok. Bisa dibayangkan bagaimana kotornya lingkungan Al-Amanah. Dan semua itu terjadi karena orang-orang yg mungkin kita anggap remeh itu tidak diberikan kesempatan untuk bekerja. Untuk mengabdi dan berjuang…
Di Al-Amanah, diajari bahwa penting atau tidak sebuah pekerjaan itu bukanlah sekedar pada bobot pekerjaan itu. Tapi keseriusan dalam mengerjakan amanah itu, keseriusan untuk menganggap itu penting, dan kemampuan dalam menegakkan amanah itu dengan kesungguhan. Jadi sekecil dan seremah apapun amanah, kalau dikerjakan dengan serius dan sungguh-sungguh, maka akan menjadi penting, Pengetahuan tentang detail tentang hal kecil itu juga meningkat. Kesadaran bahwa betapa fatalnya jika mengerjakan hal remeh itu sembarangan. Maka keseriusan dan kesungguhan dalam mengerjakannya sangat dibutuhkan. Ikhlas, tidak lagi mengharap imbalan, tapi karena kesungguhan kita mengamalkannya sehingga tidak terjadi hal buruk karena kelalaian kita.
Dan akhirnya kitapun menyadari serta mengakui dengan sepenuhnya, bahwa pengasah pisau tidak kalah penting dengan pencari hewan qurban, bahwa bagian perlengkapan tidak kalah prestisius dengan pemain drumb band ataupun penari kolosal, bahwa bagian bersih lingkungan juga tidak kalah lelah dengan bagian pengajaran ataupun bagian kemananan…semua penting…semua harus amanah…karena kelak kita akan ditanya Allah bagaimana kita menunaikan amanah kita kepada apa yg sudah disediakan Allah..bukan remeh atau tidaknya pekerjaan itu…
Sekali lagi…Hanya orang penting yang tahu arti kepentingan…